Minggu, 25 November 2012

POTENSI EKOWISATA PASIR MENDIT



Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan, yang masih saling terpengaruh satu sama lain dalam proses pembentukannya. Proses yang mempengaruhi tersebut antara lain pasang surut air laut, angin laut, sedimentasi pada muara sungai, dan pembentukan air payau. Pesisir Pasir Mendit, kecamatan Temon, kabupaten Kulonprogo merupakan pesisir alami yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Ekosistem khas pada wilayah pesisir ini adalah laguna, delta, terumbu karang, hutan mangrove dan bukit pasir.
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik, karena merupakan pertemuan dua ekosistem yang menjadikan wilayah ini dinamis dan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Hal ini mengakibatkan wilayah pesisir menjadi produktif dengan berbagai aktivitas yang terjadi di atasnya. Salah satu bentuk pemanfaatan wilayah pesisir Pasir Mendit adalah pengembangbiakan tambak udang menggunakan air payau. Adanya tambak udang yang ada pada wilayah ini merupakan potensi besar dalam perkembangan perekonomian masyarakat setempat.
Pembangunan di Indonesia selama ini terfokus pada wilayah daratan, padahal kebutuhan lahan bagi manusia semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan wilayah pesisir mulai dilirik sebagai alternatif dalam pemecahan masalah. Jika hal ini dilakukan, maka akan mengakibatkan munculnya degradasi lingkungan pada wilayah pesisir, seperti pencemaran laut, fenomena banjir, dan abrasi. Pembangunan di wilayah pesisir boleh dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Salah satu caranya adalah dengan pembangunan ekowisata alam. Ekowisata alam merupakan gabungan antara sektor ekonomi, pariwisata, dan lingkungan dalam upaya pembangunan daerah.
Konsep ekowisata alam pesisir pasir mendit merupakan terobosan baru yang bisa dilakukan untuk meningkatkan sektor pariwisata di kabupaten Kulonprogo, menggantikan pantai Glagah yang akan mengalami kemunduran dengan mega proyek pembangunan bandara internasional menggantikan bandara Adisucipto di Yogyakarta. Potensi wisata pantai dan kuliner di pesisir pasir mendit ditambah dengan potensi wisata sungai Bogowonto menyebabkan dusun pasir mendit yang tadinya terisolasi menjadi wilayah ekowisata alam yang menjanjikan. Pemanfaatan tiga lokasi yaitu terminal Jangkaran, sungai Bogowonto, dan dan tambak udang pasir mendit menjadi gabungan konsep wisata yang unik, seperti di Thailand dan China yang mengembangkan konsep wisata sungai. Pengunjung disuguhi wisata sungai Bogowonto dengan menaiki perahu dari terminal jangkaran menuju lokasi kuliner tambak udang pasir mendit. Setelah itu menikmati berbagai masakan dengan bahan baku udang sambil menikmati panorama pantai pasir mendit.
Dusun pasir mendit yang terletak di bagian paling barat kabupaten Kulonprogo dan terpisah secara alam oleh sungai Bogowonto menjadikan rawan konflik terhadap masyarakat di sekitarnya. Kerjasama antar dua pemerintah dalam pembangunan pesisir pasir mendit menjadi hal penting untuk dikaji. Gabungan wisata pantai dan wisata sungai tentunya memberi dampak positif terhadap kemajuan pembangunan daerah. Berbagai lapangan pekerjaan pun terbuka sehingga dapat mengurangi masyarakat miskin di dusun pasir mendit.
Dusun yang berbatasan langsung dengan kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini memiliki potensi wisata kuliner yang tinggi dengan bahan baku utamanya udang vannamei. Agrowisata pasir mendit mengembangkan wisata pertanian tambak udang sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas daerah dari segi ekonomi demi kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan hasil kerja kelompok tani udang pasir mendit. Udang vannamei ini memiliki daya tahan tinggi terhadap penyakit dan memiliki nilai jual tinggi dan menjadi bahan eksport ke Negara Cina, Brazil, dan Jepang. Secara ekonomi, budidaya udang jenis vaname sangat menjanjikan. Konsep pengembangan pesisir pasir mendit dengan konsep wisata kuliner, wisata pantai, dan wisata sungai ini sudah menjadi perbincangan bagi pemerintah setempat. Semoga pemikiran ini segera terealisasi.

2 komentar:

  1. wilayah ini secara geografis berda di sebelah barat sungai bogowonto dan di sebelah selatan jawa tengah, maka wilayah ini jarang di kenal didalam pemerintahaan DIY..
    semenjak tahun 2003 wilayah ini di bumingkan dengan udang windu yang kemudian banyak di kenal oleh struktur oraganisasi pemerintahaan di wilayah Kulon Progo Maupun Propinsi DIY sendiri..
    pembanguna infrastruktur pun mulai masuk satu demi satu di wilayah ini dengan begitu pasir mendit dan pasir kadilangu menjadi lebih bisa dalam menjalakan perekonomian yang lebih maju..

    pada tahun 2010 sampe sekarang wilayah ini di gegerkan lagi dengan tambak Udang putih (L. vannamei) merupakan spesies introduksi yang dibudidayakan di Indonesia. Udang putih yang dikenal masyarakat dengan vanname ini berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama,Brasil, dan meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang dikenal juga dengan pasific white shrimp ini.

    melihat dengan keberhasilan ini maka masarakat perlu di ingatkan bawa perbisnis udang ini tidak bisa semena-mena dalam menjalakan bisisnya..

    Faktor utama dalam budidaya tambak udang HARUS SETERIL atau BERSIH ..
    maka di wilayah ini sangat tidak cocok untuk di gunakan sebagai tempat WISATA, apabila dijadikan tempat wisata dengan nuansa kuliner makan bisa di pastikan dalam jangka kurang dalam 5 tahun akan terjadi banyak penyakit yang menyerang ke udang mengakibatkan kematian MASAL dang terjadinya KEGAGALAN dalam berusaha TAMABAK UDANG ..

    sedikit data dalam kamus @buku paslu..

    BalasHapus
  2. terimakasih atas komentarnya :)
    jika wacana ini memang akan direalisasikan, saya setuju dengan Anda bahwa memang harus memperhitungkan keberlanjutannya, apakah memberikan dampak positif untuk generasi mendatang atau justru banyak memberi dampak negatif.

    BalasHapus