Jumat, 30 Januari 2015

Keindahan Enrekang

What a wonderful view!!

Pemandangan menakjubkan dari kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Hamparan perbukitan dengan pepohonan rimbun dapat kita nikmati sepanjang perjalanan (perjalanan antara Makasar-Toraja, Sulawesi Selatan). Jika diperhatikan, kita dapat menemui berbagai bentuklahan Denudasional, Struktural, dan Solusional yang membuat decak kagum. Inilah salah satu kuasa Allah melalui keindahan kabupaten Enrekang.

Jumat, 04 Januari 2013

FASIES GUNUNGAPI PURBA

PEMBAHASAN

Berdasarkan bentuk bentang alam dan asosiasi batuan penyusun, suatu kerucut gunungapi komposit dapat dibagi menjadi facies sentral, facies proksimal, facies medial, dan facies distal. Secara bentang alam, pembagian tersebut dimulai dari pusat erupsi di bagian puncak, menurun ke arah lereng, kaki serta dataran di sekelilingnya. Facies sentral gunungapi dicirikan oleh asosiasi batuan beku intrusi dangkal, kubah lava, dan batuan ubahan hidrotermal. Facies proksimal tersusun oleh perselingan aliran lava dan breksi piroklastika. Facies medial terutama berupa breksi piroklastika, dan breksi lahar, sedangkan facies distal lebih banyak disusun oleh batuan epiklastika berukuran butir pasir lempung, dan konglomerat. Tuf dapat tersebar mulai dari facies proksimal sampai distal karena berbutir halus dan ringan.
Pembagian facies gunungapi di dalam batuan berumur Tersier atau lebih tua dilakukan dengan pendekatan inderaja - geomorfologi, stratigrafi batuan gunungapi, vulkanologi fisik, struktur geologi, serta petrologi - geokimia. Pembagian facies gunungapi ini dapat dimanfaatkan dalam rangka, pencarian sumber baru di bidang mineral dan energi, penataan lingkungan, serta mitigasi bencana geologi. Lebih dari itu, kajian facies gunungapi ini dapat digunakan untuk rekontruksi gunungapi.


Gambar 1. Peta Titik Pengamatan Survey Geomorfologi Fasies Gunungapi Sekitar Daerah Boko

Kajian mengenai facies gunungapi ini dilakukan dengan melakukan survei pada beberapa lokasi sebagai titik sampel. Secara umum, gunungapi yang ditemukan di sekitar Candi Boko termasuk gunungapi berumur tersier, sehingga kenampakan yang mendekati utuh hampir tidak dapat lagi ditemukan. Oleh sebab itu, analisis sedimentasi berbagai material peninggalan aktivitas gunung ini menjadi begitu penting dilakukan. Titik survei pertama berada pada koordinat X: 0444364, Y:9140281 berada pada satuan bentuklahan dataran koluvial. Lokasi ini terdapat aliran sungai dan terlihat lapisan sedimentasi pada dinding sungai. Pada lapisan yang teridentifikasi terdapat material batuan rombakan lereng yang dicirikan dengan teksturnya kasar. Batuan yang ditemukan di sini di antaranya shale dan aglomerat.
      Berdasarkan peta geologi, diketahui bahwa batuan yang banyak tersingkap di daerah sekitar Boko (tepatnya di sisi timur candi) ini sebagian besar adalah shale, yaitu batuan endapan di laut dalam yang kemudian terangkat dan nampak. Formasinya dinamakan Formasi Semilir. Keberadaan batuan shale ini mengindikasikan bagian dari facies distal yang dahulunya terendam air laut cukup lama (terendapkan dalam tubuh air) yang kemudian mengalami pengangkatan ke permukaan.
Serangkaian observasi selanjutnya, ditemukan adanya batuan lain yang mengindikasikan adanya gunungapi purba di lokasi itu di zaman tersier, yaitu batuan aglomerat. Berdasarkan proses tejadinya, aglomerat terbentuk oleh proses sedimentasi material piroklastik yang merupakan material khas gunungapi. Lokasi ditemukannya batuan aglomerat yang banyak mencirikan bahwa daerah tersebut dahulunya adalah bagian dari facies sentral, yaitu berada di posisi atas dari bagian utuh gunungapi. Lokasi ini sekarang berada di lereng bagian atas bukit di sisi timur Candi Boko. Namun, ditemukannya batuan aglomerat yang mengindikasikan facies seharusnya berasosiasi dengan adanya neck atau bentukan khas kepundan gunungapi lainnya. Sedangkan pada lereng atas bukit pada titik kajian tidak ditemukannya tanda-tanda demikian. Selanjutnya asumsi yang berkembang di lokasi ditemukannya batuan aglomerat ini adalah bagian transisi dari facies sentral ke facies proksimal. Asumi ini didukung oleh ditemukannya batuan aglomerat yang lebih banyak di bukit pada sisi yang lebih belakang dari lokasi kajian, dimana pada peta geologi tertera bahwa lokasi tersebut tersingkap Formasi Kebobutak yang mencirikan banyak ditemukan batuan aglomerat. Kemungkinan besar bagian kepundan dahulunya berada di sekitar lokasi ini. Observasi pada lokasi yang lebih bawah, yaitu di sekitar sungai (titk pertama) batuan aglomerat didapatkan dengan jumlah yang lebih sedikit, dan oleh karena  dahulunya diperkirakan di situ terendam air, yang tidak lain adalah facies distal yang berada di dasar laut, maka ditemukannya batuan aglomerat di titik tersebut lebih dikarenakan terjadinya longsoran yang cukup intensif di daerah ini karena materialnya mulai lapuk dan tergerus air hujan.

Gambar 2. Lokasi Pengamatan Identifikasi Litologi Fasies Gunungapi Purba
(Sekitar Daerah Boko)

Survei juga dilakukan hingga Sungai Opak untuk mengetahui batas-batas satuan bentuklahan berdasarkan facies gunungapi. Hasilnya, pada tepi sungai ditemukan batuan breksi vulkanik dan ditemukan pula batu pasir serta batuan pseudokarst. Batuan breksi vulkanik yang ditemukan pada titik keempat dengan koordinat 49M X:0442896 , Y: 9141302 mengindikasikan lokasi ini termasuk dalam facies transisi medial dan distal, yaitu dijumpai batuan lava beku gunungapi, tetapi berasal dari Gunungapi Merapi, yaitu gunungapi muda yang materialnya sekarang mendominasi material permukaan di D.I. Yogkarta, khususnya di bagian tengah. Daerah di belakangnya, dijumpai material kolluvium berbatuan aglomerat bawaan dari bukit di belakangnya, yang masih menjadi bagian dari facies distal gunungapi purba di sekitar Candi Boko, namun jumlahnya masih sedikit.
Singkapan lapisan batuan lainnya ditemukan pada zona 49M, koordinat X: 0442969, Y: 9140987. Lapisan batuan paling atas merupakan batu pasir agar kasar dan di bawahnya merupakan tuff (kasar-halus), di bawah lapisan tuff ini terdapat lapisan batuan zeonith berwarna hijau dan disusul lapisan dibawahnya yaitu lempung. Pengukuran dip menghasilkan angka sebesar : 17,57o dan strike : 40ONE . Arah strike menunjukkan perlapisan mengarah relatif timur laut-barat daya, dan derajat dip/kemiringan menunjukkan miring ke timur. Kecenderungan kemiringan perlapisan sesuai dengan ditemukannya batuan terobosan breksi vulkanik tidak jauh dari lokasi tersebut. Ditemukannya batuan breksi vulkanik ini juga mendukung bukti-bukti adanya gunungapi purba yang mendasari bentukan-bentukan perbukitan di Candi Boko dan sekitarnya, sehingga kondisi ini menjadikan daerah di atas perbukitan relatif aman dari guncangan gempa bumi.


Gambar 3. Asumsi Proses Pembentukan Gunungapi Purba

Rabu, 02 Januari 2013

PERANAN GEOGRAFI DALAM MENYATUKAN INDONESIA


Peranan Geografi dalam Menyatukan Indonesia

A.      Latar Belakang
Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 17 ribu pulau (termasuk pulau yang belum diberi nama dan pulau yang tidak berpenghuni). Di Indonesia, ada 3 dari 6 pulau terbesar di dunia, yaitu: Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Indonesia merupakan negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis. Budaya di Indonesia pun melimpah. Banyaknya keragaman yang ada di Indonesia serta adanya arus globalisasi memicu timbulnya perpecahan di Indonesia. Sebagai contoh, salah satu wilayah di Indonesia telah memisahkan diri, yaitu Timor Timur. Ini menunjukkan bahwa tidak ada rasa persatuan yang tertanam di hati rakyat Indonesia. Selain itu, banyak konflik dalam negeri, seperti konflik antar agama, konflik antar suku, dll.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi konflik-konflik tersebut, salah satunya melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan kunci awal pembentuk pribadi masyarakat. Pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang mengenal, mencintai, dan menjaga Indonesia agar terbentuk persatuan Indonesia. Geografi sebagai ilmu yang peka terhadap objek-objek Indonesia, baik fisik maupun non fisik mampu berperan dalam menyatukan Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan geografi harus bercirikan mengenal, mencintai, dan menyatukan Indonesia. Ciri ini dapat dibentuk dengan mengubah kurikulum yang telah ada. Kurikulum yang ada sekarang kurang fleksibel dan mengena, sehingga pengetahuan terhadap objek geografi yang diterima siswa kurang sesuai terhadap sikap dan wawasan menuju persatuan Indonesia.
Indonesia mempunyai keragaman sumber daya alam dan budaya yang melimpah yang hingga kini sangat berperan dan menjadi penentu perekonomian nasional. Fakta yang ditemukan, masyarakat belum mengenal dan mengerti keragaman sumber daya alam dan budaya tersebut. Keterbatasan informasi serta pengetahuan mengenai sumber daya alam dan budaya ini tentunya mempengaruhi pola pengelolaan sumber daya alam dan budayanya. Oleh karena itu, tuntutan mengelola sumber daya alam yang lestari harus dikampanyekan kepada masyarakat yang diawali dengan mengenal dan mengerti sumber daya alam dan budayanya.

B.       Pembahasan
Indonesia adalah negara maritim dan Negara kepulauan. Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas, namun dalam pengelolaannya masih belum optimal. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia agar mampu memahami dan mewujudkan segala hak dan kewajiban NKRI. Keragaman sumber daya alam dan budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya
Upaya yang dilakukan untuk menyatukan berbagai keragaman yang ada di Indonesia adalah:
1.    Mengenal objek geografi di wilayah Indonesia
Ada pepatah mengatakan bahwa “tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini mengindikasikan bahwa hal pertama yang harus kita lakukan untuk mempersatukan keragaman Indonesia adalah dengan mengenal apa objek keragaman tersebut. Seperti pepatah di atas, setelah kita mengenal maka kita akan menyayangi keragaman tersebut dan berusaha untuk menjaganya. Pepatah tersebut menjadi kunci untuk mencintai Tanah Air Indonesia.
Salah satu cara untuk mengenal Indonesia adalah dengan melakukan ekspedisi geografi. Melalui ekspedisi geografi akan menumbuhkan wawasan kebangsaan, sikap kepedulian, dan pelestarian terhadap sumber daya alam dan budaya Indonesia. Ekspedisi geografi adalah serangkaian pengamatan fenomena geografi (abiotik, biotik, budaya dan lingkungan) di daerah tertentu.

2.    Mencintai objek geografi di wilayah Indonesia
Cinta adalah suatu keadaan dimana di dalamnya timbul rasa kasih, peduli, dan menjaga. Begitu juga dengan suatu objek geografi, mencintai keragaman objek geografi berarti mengasihi dan peduli akan fenomena-fenomena yang ada di objek tersebut. Permasalahan-permasalahan yang ada di suatu objek juga dapat kita pedulikan dengan mengeluarkan inspirasi untuk mengatasinya.
Salah satu cara mencintai Indonesia adalah dengan peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia. Membantu mengatasinya sesuai dengan kemampuan kita melalui ilmu geografi (pendekatan geografi). Dengan mencintai Indonesia, kita akan paham tentang fenomena masalah yang ada di Indonesia. Baik masalah yang akan berimbas positif atau pun negatif. Imbasan negatif harus kita atasi dan imbasan positif harus kita jaga dan tingkatkan.

3.    Menjaga dan memelihara objek geografi di wilayah Indonesia
Menjaga dan memelihara objek geografi berarti ikut andil dalam menyatukan Indonesia. Pemeliharaan terhadap keragaman objek geografi dapat dilakukan dengan melihat potensi yang ada pada objek terebut. Melihat keragaman menjadi sebuah kesatuan utuh. Mengembangkan dan meningkatkan potensi suatu objek sehingga bisa menjadi sebuah ciri khas bangsa Indonesia.

4.    Mengubah kurikulum pendidikan geografi di Indonesia
Pendidikan merupakan proses dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan di Indonesia selalu terjadi perubahan yaitu berupa penyempurnaan-penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, perbaikan terhadap kurikulum pendidikan geografi harus terus diupayakan.
Penyetaraan terhadap ilmu geografi juga harus dilakukan, yakni dengan memasukkan pelajaran geografi menjadi mata pelajaran yang di-UAN-kan. Dengan begitu siswa akan belajar dan dengan sendirinya siswa mampu memahami keragaman-keragaman objek geografi di Indonesia.
5.    Membuat pelatihan terhadap guru geografi
Guru adalah penuntun para penerus bangsa. Guru geografi harus mempunyai skill dalam mengajar. Selain itu, juga diperlukan pengetahuan yang cukup untuk mengajar dan sikap peka terhadap fenomena alam yang terjadi di sekitarnya. Guru geografi harus mampu melatih dan mengembangkan kemampuan siswa supaya cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan pada umumnya.
                       
            Geografi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena geosfer melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia di suatu wilayah dalam kerangka pembangunan wilayah yang berkelanjutan merupakan ilmu yang strategis untuk berperan dalam menyatukan Indonesia. Melalui pendidikan geografi yang sesuai kurikulum di atas dapat mewujudkan kemajuan suatu bangsa atau negara.
            Peran geografi yang peka terhadap fenomena alam lingkungan sekitar dan mampu melihat keragaman menjadi suatu kesatuan akan mewujudkan persatuan Indonesia. Peran geografi di Indonesia dapat dilihat dari setiap bidang pekerjaan. Bidang pekerjaan yang dimaksud seperti pengelolaan lingkungan, SIG (Sistem Informasi Geografi) dan Penginderaan Jauh, atau Kartografi dan Perencana.

Peran Geografi dalam Pembangunan Indonesia
            Dari tahun ke tahun ilmu geografi semakin berperan dalam pembangunan, dari mulai awalnya orang-orang tidak mengetahui dan mengabaikan keterbelakangan sampai pada akhirnya orang menyadari pentingnya spasial dan penelitian tentang kebijakan perencanaan pembangunan yang berorientasi pada aspek geografipun di perhatikan sehingga pada akhirnya geografi merupakan ilmu yang interdisipliner terhadap masalah-masalah pembangunan dan keterbelakangan.
Contoh dari sumbangan ilmu geografi dalam pertimbangan pembangunan adalah:
1.    Geografi sebagai ilmu penelitian yang meneliti segala aspek keruangan dalam menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan. Tidak hanya bernilai teoritis bagi kepentingan pembangunan dirinya sebagai suatu ilmu melainkan dapat dimanfaatkan secara praktis bagi perencana dan pembangunan daerah (regional). Peranan geografi sebagai ilmu penelitian dimanfaatkan dalam aspek keruangan dalam suatu wilayah dalam menyusun rancangan, perencanaan pembangunan wilayah yang bersangkutan.
2.    Geografi sebagai ilmu yang membahas bidang fisik (ilmu pengetahuan alam) dan non fisik (ilmu pengetahuan sosial). Hakikat studi geografi yang mempelajari dunia nyata baik yang berkenaan dengan kehidupan manusia maupun lingkungan alamnya. Dengan demikian geografi tidak bisa diletakkan pada salah satu bidang saja, ilmu pengetahuan alam atau ilmu pengetahuan sosial. Sehingga studi geografi tidak hanya mengkhususkan diri mempelajari alam (udara, air, batuan, gempa, dan sebagainya) melainkan untuk mengungkapakan pentingnya alam bagi kehidupan manusia. Sumbangannya bagi pembangunan adalah dengan memperhatikan aspek geografi dalam pembangunan menjadi renungan manusia untuk tidak sembarangan mengolah alam yang pada akhirnya hanya akan merugikan manusia.

C.      Kesimpulan
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keragaman, baik sumber daya alam, suku, maupun budayanya mempunyai dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan kenegaraannya. Dampak positif dari keragaman ini adalah banyaknya variasi yang dimiliki bangsa ini dan variasi ini mampu menarik wisatawan untuk datang melihat dan menikmatinya. Hal ini akan menguntungkan Indonesia karena dapat menambah devisa negara sehinga perekonomian Indonesia akan lebih baik.
Dampak negatif dari keragaman ini akan memicu perselisihan antar keragaman tersebut. Hal ini tentu merugikan negara Indonesia. Oleh karena itu, untuk menyatukan keragaman-keragaman yang ada, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal objek-objek keragaman tersebut, lalu mencintai dan menjaga keragaman tersebut. Perbaikan kurikumlum pendidikan geografi juga perlu dilakukan guna meluruskan tujuan dalam pendidikan geografi. Selain itu, pelatihan-pelatihan terhadap guru geografi perlu diintensifkan agar pengetahuan terhadap ilmu geografi semakin kompleks. Melalui upaya tersebut di atas diharapkan geografi mampu berperan dalam menyatukan Indonesia.     

Minggu, 25 November 2012

POTENSI EKOWISATA PASIR MENDIT



Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan, yang masih saling terpengaruh satu sama lain dalam proses pembentukannya. Proses yang mempengaruhi tersebut antara lain pasang surut air laut, angin laut, sedimentasi pada muara sungai, dan pembentukan air payau. Pesisir Pasir Mendit, kecamatan Temon, kabupaten Kulonprogo merupakan pesisir alami yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Ekosistem khas pada wilayah pesisir ini adalah laguna, delta, terumbu karang, hutan mangrove dan bukit pasir.
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik, karena merupakan pertemuan dua ekosistem yang menjadikan wilayah ini dinamis dan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Hal ini mengakibatkan wilayah pesisir menjadi produktif dengan berbagai aktivitas yang terjadi di atasnya. Salah satu bentuk pemanfaatan wilayah pesisir Pasir Mendit adalah pengembangbiakan tambak udang menggunakan air payau. Adanya tambak udang yang ada pada wilayah ini merupakan potensi besar dalam perkembangan perekonomian masyarakat setempat.
Pembangunan di Indonesia selama ini terfokus pada wilayah daratan, padahal kebutuhan lahan bagi manusia semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan wilayah pesisir mulai dilirik sebagai alternatif dalam pemecahan masalah. Jika hal ini dilakukan, maka akan mengakibatkan munculnya degradasi lingkungan pada wilayah pesisir, seperti pencemaran laut, fenomena banjir, dan abrasi. Pembangunan di wilayah pesisir boleh dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Salah satu caranya adalah dengan pembangunan ekowisata alam. Ekowisata alam merupakan gabungan antara sektor ekonomi, pariwisata, dan lingkungan dalam upaya pembangunan daerah.
Konsep ekowisata alam pesisir pasir mendit merupakan terobosan baru yang bisa dilakukan untuk meningkatkan sektor pariwisata di kabupaten Kulonprogo, menggantikan pantai Glagah yang akan mengalami kemunduran dengan mega proyek pembangunan bandara internasional menggantikan bandara Adisucipto di Yogyakarta. Potensi wisata pantai dan kuliner di pesisir pasir mendit ditambah dengan potensi wisata sungai Bogowonto menyebabkan dusun pasir mendit yang tadinya terisolasi menjadi wilayah ekowisata alam yang menjanjikan. Pemanfaatan tiga lokasi yaitu terminal Jangkaran, sungai Bogowonto, dan dan tambak udang pasir mendit menjadi gabungan konsep wisata yang unik, seperti di Thailand dan China yang mengembangkan konsep wisata sungai. Pengunjung disuguhi wisata sungai Bogowonto dengan menaiki perahu dari terminal jangkaran menuju lokasi kuliner tambak udang pasir mendit. Setelah itu menikmati berbagai masakan dengan bahan baku udang sambil menikmati panorama pantai pasir mendit.
Dusun pasir mendit yang terletak di bagian paling barat kabupaten Kulonprogo dan terpisah secara alam oleh sungai Bogowonto menjadikan rawan konflik terhadap masyarakat di sekitarnya. Kerjasama antar dua pemerintah dalam pembangunan pesisir pasir mendit menjadi hal penting untuk dikaji. Gabungan wisata pantai dan wisata sungai tentunya memberi dampak positif terhadap kemajuan pembangunan daerah. Berbagai lapangan pekerjaan pun terbuka sehingga dapat mengurangi masyarakat miskin di dusun pasir mendit.
Dusun yang berbatasan langsung dengan kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini memiliki potensi wisata kuliner yang tinggi dengan bahan baku utamanya udang vannamei. Agrowisata pasir mendit mengembangkan wisata pertanian tambak udang sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas daerah dari segi ekonomi demi kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan hasil kerja kelompok tani udang pasir mendit. Udang vannamei ini memiliki daya tahan tinggi terhadap penyakit dan memiliki nilai jual tinggi dan menjadi bahan eksport ke Negara Cina, Brazil, dan Jepang. Secara ekonomi, budidaya udang jenis vaname sangat menjanjikan. Konsep pengembangan pesisir pasir mendit dengan konsep wisata kuliner, wisata pantai, dan wisata sungai ini sudah menjadi perbincangan bagi pemerintah setempat. Semoga pemikiran ini segera terealisasi.