Jumat, 04 Januari 2013

FASIES GUNUNGAPI PURBA

PEMBAHASAN

Berdasarkan bentuk bentang alam dan asosiasi batuan penyusun, suatu kerucut gunungapi komposit dapat dibagi menjadi facies sentral, facies proksimal, facies medial, dan facies distal. Secara bentang alam, pembagian tersebut dimulai dari pusat erupsi di bagian puncak, menurun ke arah lereng, kaki serta dataran di sekelilingnya. Facies sentral gunungapi dicirikan oleh asosiasi batuan beku intrusi dangkal, kubah lava, dan batuan ubahan hidrotermal. Facies proksimal tersusun oleh perselingan aliran lava dan breksi piroklastika. Facies medial terutama berupa breksi piroklastika, dan breksi lahar, sedangkan facies distal lebih banyak disusun oleh batuan epiklastika berukuran butir pasir lempung, dan konglomerat. Tuf dapat tersebar mulai dari facies proksimal sampai distal karena berbutir halus dan ringan.
Pembagian facies gunungapi di dalam batuan berumur Tersier atau lebih tua dilakukan dengan pendekatan inderaja - geomorfologi, stratigrafi batuan gunungapi, vulkanologi fisik, struktur geologi, serta petrologi - geokimia. Pembagian facies gunungapi ini dapat dimanfaatkan dalam rangka, pencarian sumber baru di bidang mineral dan energi, penataan lingkungan, serta mitigasi bencana geologi. Lebih dari itu, kajian facies gunungapi ini dapat digunakan untuk rekontruksi gunungapi.


Gambar 1. Peta Titik Pengamatan Survey Geomorfologi Fasies Gunungapi Sekitar Daerah Boko

Kajian mengenai facies gunungapi ini dilakukan dengan melakukan survei pada beberapa lokasi sebagai titik sampel. Secara umum, gunungapi yang ditemukan di sekitar Candi Boko termasuk gunungapi berumur tersier, sehingga kenampakan yang mendekati utuh hampir tidak dapat lagi ditemukan. Oleh sebab itu, analisis sedimentasi berbagai material peninggalan aktivitas gunung ini menjadi begitu penting dilakukan. Titik survei pertama berada pada koordinat X: 0444364, Y:9140281 berada pada satuan bentuklahan dataran koluvial. Lokasi ini terdapat aliran sungai dan terlihat lapisan sedimentasi pada dinding sungai. Pada lapisan yang teridentifikasi terdapat material batuan rombakan lereng yang dicirikan dengan teksturnya kasar. Batuan yang ditemukan di sini di antaranya shale dan aglomerat.
      Berdasarkan peta geologi, diketahui bahwa batuan yang banyak tersingkap di daerah sekitar Boko (tepatnya di sisi timur candi) ini sebagian besar adalah shale, yaitu batuan endapan di laut dalam yang kemudian terangkat dan nampak. Formasinya dinamakan Formasi Semilir. Keberadaan batuan shale ini mengindikasikan bagian dari facies distal yang dahulunya terendam air laut cukup lama (terendapkan dalam tubuh air) yang kemudian mengalami pengangkatan ke permukaan.
Serangkaian observasi selanjutnya, ditemukan adanya batuan lain yang mengindikasikan adanya gunungapi purba di lokasi itu di zaman tersier, yaitu batuan aglomerat. Berdasarkan proses tejadinya, aglomerat terbentuk oleh proses sedimentasi material piroklastik yang merupakan material khas gunungapi. Lokasi ditemukannya batuan aglomerat yang banyak mencirikan bahwa daerah tersebut dahulunya adalah bagian dari facies sentral, yaitu berada di posisi atas dari bagian utuh gunungapi. Lokasi ini sekarang berada di lereng bagian atas bukit di sisi timur Candi Boko. Namun, ditemukannya batuan aglomerat yang mengindikasikan facies seharusnya berasosiasi dengan adanya neck atau bentukan khas kepundan gunungapi lainnya. Sedangkan pada lereng atas bukit pada titik kajian tidak ditemukannya tanda-tanda demikian. Selanjutnya asumsi yang berkembang di lokasi ditemukannya batuan aglomerat ini adalah bagian transisi dari facies sentral ke facies proksimal. Asumi ini didukung oleh ditemukannya batuan aglomerat yang lebih banyak di bukit pada sisi yang lebih belakang dari lokasi kajian, dimana pada peta geologi tertera bahwa lokasi tersebut tersingkap Formasi Kebobutak yang mencirikan banyak ditemukan batuan aglomerat. Kemungkinan besar bagian kepundan dahulunya berada di sekitar lokasi ini. Observasi pada lokasi yang lebih bawah, yaitu di sekitar sungai (titk pertama) batuan aglomerat didapatkan dengan jumlah yang lebih sedikit, dan oleh karena  dahulunya diperkirakan di situ terendam air, yang tidak lain adalah facies distal yang berada di dasar laut, maka ditemukannya batuan aglomerat di titik tersebut lebih dikarenakan terjadinya longsoran yang cukup intensif di daerah ini karena materialnya mulai lapuk dan tergerus air hujan.

Gambar 2. Lokasi Pengamatan Identifikasi Litologi Fasies Gunungapi Purba
(Sekitar Daerah Boko)

Survei juga dilakukan hingga Sungai Opak untuk mengetahui batas-batas satuan bentuklahan berdasarkan facies gunungapi. Hasilnya, pada tepi sungai ditemukan batuan breksi vulkanik dan ditemukan pula batu pasir serta batuan pseudokarst. Batuan breksi vulkanik yang ditemukan pada titik keempat dengan koordinat 49M X:0442896 , Y: 9141302 mengindikasikan lokasi ini termasuk dalam facies transisi medial dan distal, yaitu dijumpai batuan lava beku gunungapi, tetapi berasal dari Gunungapi Merapi, yaitu gunungapi muda yang materialnya sekarang mendominasi material permukaan di D.I. Yogkarta, khususnya di bagian tengah. Daerah di belakangnya, dijumpai material kolluvium berbatuan aglomerat bawaan dari bukit di belakangnya, yang masih menjadi bagian dari facies distal gunungapi purba di sekitar Candi Boko, namun jumlahnya masih sedikit.
Singkapan lapisan batuan lainnya ditemukan pada zona 49M, koordinat X: 0442969, Y: 9140987. Lapisan batuan paling atas merupakan batu pasir agar kasar dan di bawahnya merupakan tuff (kasar-halus), di bawah lapisan tuff ini terdapat lapisan batuan zeonith berwarna hijau dan disusul lapisan dibawahnya yaitu lempung. Pengukuran dip menghasilkan angka sebesar : 17,57o dan strike : 40ONE . Arah strike menunjukkan perlapisan mengarah relatif timur laut-barat daya, dan derajat dip/kemiringan menunjukkan miring ke timur. Kecenderungan kemiringan perlapisan sesuai dengan ditemukannya batuan terobosan breksi vulkanik tidak jauh dari lokasi tersebut. Ditemukannya batuan breksi vulkanik ini juga mendukung bukti-bukti adanya gunungapi purba yang mendasari bentukan-bentukan perbukitan di Candi Boko dan sekitarnya, sehingga kondisi ini menjadikan daerah di atas perbukitan relatif aman dari guncangan gempa bumi.


Gambar 3. Asumsi Proses Pembentukan Gunungapi Purba

2 komentar:

  1. Mbak Tiara! Saya anak ekonomi nih, tapi pengen tahu pembentukan gunung itu gimana. Boleh jelasin pakai bahasa yang mudah dimengerti nggak? Rada ngik nguk baca bahasa geografi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal.. hehe.. terimakasih atas komentarnya :)

      untuk tulisan di atas merupakan proses pembentukan gunungapi purba (gunungapi yang sekarang sudah tidak ada lagi dan hanya ditemukan bekasnya).

      untuk pembentukan gunungapi secara umum, seperti gunungapi Merapi, Merbabu, dan gunungapi2 di deretan tengah pulau Jawa, prosesnya adalah sebagai berikut:

      --> pergerakan lempeng bumi menyebabkan berbagai proses, salah satunya lempeng samudra menunjam masuk lempeng benua. Proses penunjaman ini sampai menembus magma sehingga magma keluar dan naik ke atas. Setelah magma naik ke atas meleburkan batuan, membeku, dan bercampur dengan material lain membentuk gunungapi seperti yang kita lihat sekarang.. jadi dapat diketahui bahwa di dalam gunungapi terdapat lubang yang berhubungan dengan magma..

      semoga bisa membantu :)

      Hapus